(c) apc institute
Foto Liputan Program Photo Rendezvous #11 bersama Tommy Lee & Penutupan Pameran Foto “Retracing Our Steps” di GIM – Rabu 11 April 2012
REKAM JEJAK 100 TAHUN REPUBLIK CINA
Courtesy of Kuomintang PartyArchives
REKAM JEJAK 100 TAHUN REPUBLIK CINA
Oleh Galih Sedayu
Meletusnya salah satu peristiwa besar bersejarah di dunia yakni Revolusi Cina (Xìnhài Gémìng) pada tanggal 10 Oktober 1911, meninggalkan sebuah nama besar yang selalu melekat di dinding sejarah Cina Modern. Dialah Sun Yat-sen (1866 – 1925), seorang anak petani miskin kelahiran Guang Dong Cina, yang berhasil meruntuhkan kekaisaran Dinasti Qing (1644 – 1911) yang sangat korup dan penuh intrik di bawah kepemimpinan Kaisar Pu Yi yang saat itu masih berumur 5 tahun. Sebuah film bertajuk “The Last Emperor” yang diproduksi tahun 1987 hasil sentuhan sutradara Bernardo Bertolucci ataupun film “1911 Revolution” yang dibintangi oleh Jackie Chan (yang berperan sebagai Huang Xing) & Winston Chao (yang berperan sebagai Sun Yat-sen), dapat menjadi gambaran nyata tentang peristiwa bersejarah tersebut. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 Februari 1912 ini sekaligus menjadi pertanda berakhirnya sistem pemerintahan monarki (kerajaan) di Cina yang telah berlangsung selama berabad-abad, dan kemudian digantikan oleh sistem republik yang diusung oleh Sun Yat-sen. Akhirnya Sun Yat-sen pun menjadi tokoh yang paling berjasa di dalam kelahiran Republik Cina pada tahun 1912 dan kemudian ia pun menjabat menjadi presiden Republik Cina pada tahun 1923 hingga tahun 1925. Setelah Sun Yat-sen wafat pada tanggal 12 Maret 1925, perjuangan untuk menyatukan Cina berhasil diteruskan oleh Chiang Kai Shek di bawah pemerintahan nasionalis Kuomintang. Meski akhirnya Chiang Kai Shek mesti tersingkir ke Pulau Formosa (Taiwan) setelah meletusnya perang saudara antara kelompok nasionalis dengan komunis. Tetapi dengan tetap merayakan hari kemerdekaan yang berlangsung hingga kini setiap tanggal 10 Oktober (10-10) yang terkenal dengan sebutan “Double Ten” di Taiwan.
Sun Yat-sen membekali masyarakat Cina dengan tiga prinsip rakyat (San Min Cu I) yang juga menjadi azas ideologi politiknya. Tiga prinsip tersebut yang telah lama divisikan oleh Sun Yat-sen sejak ia mendirikan T’ung meng Hui (Liga Revolusioner Gabungan) pada tahun 1905 terdiri dari Nasionalisme (Minzu), Demokrasi (Minquan), dan Sosialisme/Kesejahteraan Rakyat (Minsheng). Prinsip Sun Yat-sen ini pun menginspirasi Tokoh Proklamator Indonesia, Bung Karno, untuk kemudian diterapkan dalam merumuskan pancasila. Bung Karno pun mengakui hal tersebut seperti yang ia utarakan dalam rapat BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Dimana antara lain Bung karno menyatakan bahwa ketika ia berumur 16 tahun, saat duduk di bangku sekolahan H.B.S. di Surabaya pada tahun 1918, ajaran tentang kebangsaan dari Sun Yat-sen di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The THREE people’s Principles”, benar-benar tertanam di dalam dirinya. Sehingga Bung Karno pun berujar kala itu, “Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr.Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah bahwasanya Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat dengan sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk ke liang kubur.” Kemudian prinsip “San Min Cu I” yang diusung oleh Sun Yat-sen ini digabungkan dengan ajaran dari guru Bung Karno yaitu A.Baars dari Belanda yang menyatakan “Jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan seluruh dunia.” Sehingga dari kedua orang inilah Bung Karno mengolah dan merumuskan sila-sila dari Pancasila menjadi: Kebangsaan Indonesia (yang kemudian menjadi “Persatuan Indonesia”), Peri Kemanusiaan (yang kemudian menjadi Kemanusiaan yang adil dan beradab), Mufakat atau demokrasi (yang kemudian menjadi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan). Kemudian Bung Karno menambahkannya sendiri dengan azas Ketuhanan (yang kemudian menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa).
Tahun 2012 ini menjadi genap seabad sejak Sun Yat-sen mendirikan Republik Cina pada tahun 1912. Untuk memperingati 100 tahun perjuangan rakyat Republik Cina serta seraya mengumandangkan simbol kebebasan yang mereka perjuangkan ke seluruh dunia, maka Pameran Foto yang bertajuk “Retracing Our Steps – A Photo Journey through the ROC’s 1st Century”digelar di Kota Bandung. Pameran Foto ini diselenggarakan berkat kerja sama antara Taipei Economic & Trade Office (TETO) Jakarta, Goverment Information Office (GIO), dan APC Institute serta didukung oleh Taiwan Business Club Bandung & Galeri Foto Jurnalistik Antara. Pameran Foto “Retracing Our Steps” ini berlangsung sejak tanggal 29 Maret 2012 (yang menjadi hari pemuda Republik Cina) hingga 11 April 2012 di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan No.5 Bandung. Gedung Indonesia Menggugat (GIM) menjadi tempat yang dipilih untuk penyelenggaraan Pameran Foto ini, atas dasar kesamaan semangat kebebasan yang lahir dari gedung bersejarah ini. Dimana Gedung Indonesia Menggugat tersebut dahulu merupakan gedung ruang peradilan Belanda yang bernama “Landraad”, yang merupakan tempat Bung Karno ditangkap dan diadili pada tanggal 4 Juni 1927 demi memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Sebanyak 40 buah karya foto yang mengulas sejarah Republik Cina sejak 100 tahun silam hingga masa kini, disuguhkan bagi masyarakat yang ingin mengenal banyak tentang negara Taiwan atau Republik Cina. Pameran Foto ini sesungguhnya merupakan sebuah pesan kepada dunia mengenai arti sebuah kedaulatan negara dan pentingnya membangun hubungan antar manusia di dunia. Yang bebas dari belenggu tirani serta jauh dari tubuh yang terkekang. Karena walaubagaimanapun merdeka adalah jawaban satu-satunya.
Kumpulan Artikel Berita Pameran Foto 100 tahun Republik Cina (Taiwan) di Gedung Indonesia Menggugat.
1) Harian Seputar Indonesia
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/481955/
2) Bisnis Indonesia
http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/foto-pameran-100-tahun-perjuangan-taiwan-di-gim
3) Antara JawaBarat.Com (1)
http://antarajawabarat.com/lihat/berita/36831/rekam-sejarah-taiwan-di-gedung-indonesia-menggugat
4) Antara JawaBarat.Com (2)
http://antarajawabarat.com/lihat/berita/36757/pameran-foto-taiwan-digelar-di-bandung
5) BandungRaya.Com
http://www.bandungraya.com/2012/03/retracing-our-steps-seabad-republik-cina/#more-89
6) Inilah.com
http://m.inilah.com/read/detail/1844603/foto-sejarah-taiwan-dipamerkan-di-bandung
7) WarungFotografi.Com (1)
http://kateringmurah.com/news/read/204/dimulai-pameran-foto-perjalanan-republik-cina
8) WarungFotografi.Com (2)
http://warungfotografi.com/news/read/214/napak-tilas-seabad-taiwan-lewat-fotografi
9) Inilah.Com
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1844603/foto-sejarah-taiwan-dipamerkan-di-bandung
10) Taipei Economic & Trade Office
http://www.taiwanembassy.org/ct.asp?xItem=266514&ctNode=9321&mp=292
11) BandungJurnal.Com
http://www.bandungjurnal.com/?page=jurnal&d.hj=473e63835&name=Retracing-Our-Steps%3A-Mengenal-Republik-Cina-Lewat-Foto
12) BdgUptodate.Com
http://www.bdguptodate.com/index.php?page=view&class=Berita&id=120329213206
13) Harian Umum Pikiran Rakyat
http://wp.me/p1rrCx-Mg
14) Citizenimages.Kompas.Com
http://citizenimages.kompas.com/citizen/view/118236-Retraching-Our-Steps
15) APC Institute (1)
http://wp.me/p1rrCx-Lt
16) APC Institute (2)
http://wp.me/p1rrCx-LL
17) APC Institute (3)
http://wp.me/p1rrCx-Mn
18) Bandungnewsphoto.com (1)
http://www.bandungnewsphoto.com/?content=seni-budaya&op=view&id=034291966
19) Bandungnewsphoto.com (2)
http://www.bandungnewsphoto.com/?content=seni-budaya&op=view&id=033373520
20) Bandung newsphoto.com (3)
http://bandungnewsphoto.com/?content=seni-budaya&op=view&id=031531579
21) Tempo
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/08/162395509/Pameran-Foto-Seabad-Cina-di-Taiwan
22) Tionghoanews.com
http://yinnihuaren.blogspot.com/2012/04/pameran-foto-seabad-china.html
23) HalloRiau
http://halloriau.com/read-huashan-10524-2012-04-10-pameran-foto-seabad-cina.html
Foto Liputan Program Riung Sinema #7 “Visit of Taiwan’s Mountains” di Gedung Indonesia Menggugat – Kamis 29 Maret 2012
Copyright (c) 2012 by air foto network
All Right reserved. No part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from air foto network.
Artikel Singkat & Foto Liputan Program Photo Rendezvous #6 @ Gedung Indonesia Menggugat (Kamis 30 Juni 2011)
SANG VISIONER VISUAL
Tulisan oleh Galih Sedayu
Foto oleh Ivan Fachrurezha
Program Photo Rendezvous kembali dihadirkan oleh APC Institute di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) pada hari kamis tanggal 30 Juni 2011. Photo Rendezvous kali keenam ini digelar berbarengan dengan Pameran Foto “Aku Melihat Indonesia” yang berisikan tentang foto-foto dokumenter salah seorang pemimpin Bangsa Indonesia, Bung Karno. Photo Rendezvous yang merupakan program edukasi fotografi bagi masyarakat umum ini mendatangkan dua orang pembicara yaitu Diah Pitaloka & Yurri Erfansyah. Diah Pitaloka merupakan kurator sekaligus ketua panitia penyelenggara Pameran Foto Bung Karno yang digelar dari tanggal 24 Juni 2011 s/d 30 Juni 2011 di GIM dalam rangka memperingati bulan Bung Karno. Sedangkan Yurri Erfansyah adalah seorang jurnalis atau wartawan foto yang saat ini bekerja di media online, “Bandungnewsphoto”.
Secara umum Diah Pitaloka telah mengkurasi foto-foto tentang Bung Karno yang jumlahnya sangat banyak sehingga terpilih 101 buah foto untuk dipamerkan. Foto-foto ini ada yang didapatnya dari IPPHOS, Koleksi DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Keluarga Megawati Soekarno Putri, maupun orang-orang yang menyumbangkan album foto tentang Bung Karno secara Sukarela. Hanya saja pada saat proses pemilihan foto tersebut, beberapa diantaranya telah rusak sehingga sulit direstorasi. Diah pun akhirnya mau tidak mau membaca buku-buku, literatur & sejarah perjalanan tentang Bung Karno agar pemilihan foto tersebut berkaitan dengan realitas sejarah yang telah ditulis. Faktor momentum menjadi salah satu kunci bagi Diah dalam memilih gambar-gambar tersebut.
Akhirnya foto-foto yang dipamerkan pun sangat beragam. Di sana banyak terlihat foto-foto Bung Karno yang bersanding dengan para tokoh dunia seperti Fidel Castro, Che Guevara & Mao-Tse Tung. Selain itu ada pula foto Bung Karno yang terlihat akrab dengan masyarakat kecil. Ada cerita yang menarik yaitu foto Bung Karno yang tengah menyalami Jenderal Sudirman. Menurut yang Diah baca dari berbagai sumber, banyak yang menyebutkan bahwa pada saat itu Bung Karno meminta adegan ia bersalaman dengan Jenderal Sudirman tersebut diulang. Mungkin Bung Karno merasa bahwa foto yang diambil sebelumnya kurang sempurna di mata beliau. Jadi pada intinya adalah Bung Karno sangat memperhatikan hal-hal kecil termasuk yang menyangkut citra visual tentang dirinya. Karena Ia sadar benar bahwa citra visual itu (foto) nantinya akan sangat berharga dan menjadi sejarah yang tak terlupakan di kemudian hari. Cerita ini tentunya mengingatkan kita pada karya foto Joe Rosenthal yang dibuat tahun 1945, yaitu foto para serdadu Amerika yang tengah mengibarkan bendera AS di bukit surobachi. Menurut sejarah, adegan foto inipun sebenarnya diulang agar kelihatan lebih heroik dan sempurna.
Yurri Erfansyah berbicara tentang konteks foto dokumenter jaman dahulu dibandingkan dengan masa kini. Yurri berpendapat seharusnya di era sekarang ini, para fotografer semakin dituntut untuk menciptakan karya-karya foto yang semakin berkualitas dibandingkan dengan jaman dahulu yang sarat dengan keterbatasan teknologi. Selain itu Yurri menampilkan beberapa karya foto dokumenter yang ia buat dari mulai demo, ariel peter pan, gubernur jabar sampai foto bencana.
Pada intinya, saat ini mesti dibangun kesadaran bersama untuk menyelamatkan karya-karya foto masa lalu terutama yang erat kaitannya dengan sejarah bangsa kita. Karena banyak sekali karya foto tentang bangsa kita yang disimpan secara apik & teratur oleh bangsa lain, bukan oleh bangsa kita. Tentunya juga perlu dibarengi dengan mengarsipkan karya foto masa kini sebagai kajian sejarah untuk masa yang akan datang. Hingga akhirnya bangsa kita memiliki “identitas visual” agar Bangsa Indonesia selalu tercatat di dalam sejarah peradaban dunia.