Artikel Tulisan & Liputan Foto Program Festival Thanks To Nature @ Bumi Sangkuriang (23 Oktober 2011)

Thanks to Nature: Unik, Edukatif, Kreatif dan Entertaining

Alam selalu memberikan berbagai manfaat untuk kemaslahatan kehidupan manusia, dengan berbagai unsurnya. Alam mengatur diri sesuai dengan kodrat dan kehendak-Nya, udara yang kita hirup, air yang kita minum, hasil dari tanah, hutan dan laut, mereka berjalan pada rel-nya. Namun saat ini ‘rel’ itu terlalu banyak penyumbatannya atau dengan kata lain: rusak.

Sudah selayaknya manusia ‘bekerjasama’ dengan alam untuk mengembalikan atau memperbaiki ‘rel’ alam agar bergerak dengan lancar. Berbagai program pengembalian fungsi alam oleh berbagai kalangan telah dilakukan. Salah satunya adalah program Thanks To Nature yang diinisiasi oleh Teh Kotak yang digelar di Hotel Bumi Sangkuriang Bandung pada tanggal 23 Oktober 2011.

Acara Thanks to Nature ini dimulai pada pukul 09.00 wib. Di sini sangat terlihat nuansa yang sangat berbeda dengan konsep gelaran lain yang serupa. Unik, edukatif, kreatif dan entertaining. Tidak seperti acara ditempat lainnya yang hanya mementingkan unsur hiburan dan bisnisnya saja. Disini kita dihibur dengan cara yang unik, edukatif dan kreatif. Dari hal yang kecil; seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merokok di lokasi acara, itu semua terlaksana dengan baik. Sehingga semua pengunjung, peserta dan panitia bisa bekerjasama untuk menjaga kedua hal tersebut sampai akhir acara. Ini sebuah prestasi tersendiri untuk sebuah gelaran besar.

Dan memang acara ini ditujukan agar bisa menyentuh hati manusia itu sendiri agar bisa berbuat dari hal-hal sederhana dan dimulai dari diri sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Adi M. Barnas selaku perwakilan dari Teh Kotak, “Selain branding untuk Teh Kotak sebagai produk Indonesia yang berkualitas yang sudah bisa berterima kasih kepada alam, kita mengajak kepada konsumen teh kotak itu sendiri untuk turut berterim kasih dan berbuat banyak kepada alam. Dan kami berharap efeknya kepada seluruh masyarakat sebagai gerakan spirit dan menyentuh hatinya. Serta menjadikan masyarakat sendirilah sebagai agen-agen perubahan itu.”

Berbagai gelaran acara pun membuat para pengunjung mendapat pencerah hati dan pengalaman baru. Dengan konsep empat panggung: Main Stage, Stage Angin dan Air, Stage Bumi dan Stage Api, serta Cinema Alam, pengunjung mendapatkan berbagai variasi tontonan yang edukatif. Selain itu dilengkapi juga dengan arena eco bazaar, eco food dan sketsa alam. APC Institute (Air Photography Communications) yang dikelola oleh Galih Sedayu menggelar Eco Fashion Photo Contest, sebuah lomba memotret model dengan busana-busana ramah lingkungan.

Ada lima model dengan tema yang berbeda sebagai objek lomba foto. Model pertama mengenakan busana coklat dengan aksesoris bambu, kemudian model dengan tema teh kotak dipadu sedotan putih sebagai aksesorisnya, lalu model ketiga bernuansa hitam dengan plastik sebagai akesesoris yang merupakan re-use dari cup ataupun botol mineral. Dan disain model keempat menggunakan nuansa batok kelapa yang didominasi warna hijau baik dari kostum maupun make up. Terakhir, seorang model yang dibalut pakaian putih dengan kardus yang di modif sebagai aksesoris.

Ada ratusan fotografer mengikuti kontes ini. Mereka sangat antusias mengambil shot dari berbagai angle. Ternyata ada beberapa peserta yang memang pada kontes ini merupakan pengalaman pertama mereka mengikuti lomba foto, seperti yang diungkapkan oleh Fiona, “Saya baru tahu ada acara ini dari teman, dan ini pengalaman pertama saya mengikuti lomba foto. Unik juga tema-nya, penasaran bagaimana sih Eco Fashion itu. Ternyata keren. Mudah-mudahan kedepannya publikasinya lebih luas lagi.” Selain itu ada beberapa masukan dari peserta seperti yang diungkapkan Fadli, “Saya sangat tertarik dengan tema yang unik ini, tidak seperti biasanya. Namun karena beberapa model telat muncul, kita jadi agak sukar mengambil angle, karena hampir semua peserta ngumpul di satu model. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Tapi secara over all bagus konsepnya.”

Terasa kentalnya maksud dari tema eco fashion ini dari re-use berbagai materi barang bekas/ limbah sebagai simbol dari pengolahan limbah yang bisa digunakan sebagai aksesoris dalam fashion. Seperti diungkapan oleh salah satu disainernya, Ira Khoerunnisa, “Alam ini sudah begitu rusak, kita ingin berpartisipasi untuk mengurangi kerusakannya dengan mere-use barang bekas kedalam disain fashion. Untuk daily fashion-nya bisa diimajinasikan dan dikreatifkan saja barang-barang bekasa sebagai aksesoris tambahan.” Begitupula apa yang diungkapan Galih Sedayu, “Eco Fashion Photo Contest ini sebagai sebuah cara lain untuk mengurangi pola konsumtif dengan re-use dan re-cycle dari bahan yang ramah lingkungan.”

Ayi Rahmat Hidayat (fotografer model), Galih Sedayu (fotografer dan pengelola APC Institute) dan Dudi Sugandi (Fotografer HU Pikiran Rakyat) yang menjadi juri pada kontes ini memberikan penilain dari kriteria: Kesesuaian tema, ide, dan eksekusi. Dan yang menjadi juara adalah juara I Chris Januar,  juara II Jaka Santri, dan juara III Arief Sahaya. Masing-masing mendapatkan sertifikat dan uang tunai sebesar Rp 500.000,-, Rp 1.500.000,-, dan Rp 3.000.000

Banyak sekali acara yang ditampilkan yang bisa menjadi inspirasi pada gelaran Thanks To Nature ini, dengan MC yang selalu bisa membuat pengunjung tersenyum dengan apik dipandu oleh Ronny Urban dan Jessica William. Seperti Doa Bumi, kegiatan Bandung Berkebun, penampilan Chalwanka, Komunitas Hong dengan mainan dan permainan khas sunda-nya, dan lainnya.

Salah satu workshop yang unik ditampilkan oleh komunitas KLJ (Kamera Lubang Jarum), dimana para pengunjung diberikan pengalaman unik, yaitu membuat kamera dari kotak bekas Teh Kotak. Selain membuat kamera sendiri, peserta diajarkan juga mencetak sendiri hasilnya dikamar gelap. Mereka pun bisa berinovasi dengan membuat bentuk lain kamera sesuai dengan keperluan hasil foto-nya. Antusias pengunjung untuk mengikuti pelatihan di lokasi eco bazaar terlihat dari daftar peserta mencapai kurang lebih 400 pengunjung. Koko salah seorang pengunjung mengungkapkan, “Senang sekali, ternyata bisa membuat kamera sendiri, selama ini saya pikir kamera harus hi-tech, ternyata bisa terbuat dari media yang sederhana.”

Acara workshop di Cinema Alam dari komunitas KLJ dipandu oleh Deni Sugandi (Kordinator Komunitas KLJ Bandung), Hani, dan Ray Bachtiar (Pendiri KLJ). Banyak hal yang didapat dari materi tentang kamera lubang jarum ini, diantaranya ungkapan dari Ray Bachtiar sebagai penggagas komunitas KLJ, “Walaupun penggunaan kamera lubang jarum ini tidak bermaksud untuk mengurangi limbah produksi secara besar, namun filosofinya untuk kaum muda adalah pola pikir atau mind set mereka ke depan, apapun bidang pekerjaannya mereka akan selalu ingat dan menyebarkan kebaikannya dengan mengolah limbah sekecil apapun.”

Acara selanjutnya didalam dan luar gedung silih berganti menghibur dan mendidik pengunjung, seperti penampilan Karinding Attack (alat musik sunda dipadu nuansa rock) dengan lirik sosialnya, Soulmotion, Hudog Dance, Adhitya Sofyan, Matthew Sayerz, dan Saresehan bersama Acil Bimbo dan Erbie Sentanu dengan tema bersykur kepada alam. Acil Bimbo mengambil acuan dari pola Urang Sunda dahulu, dalam memperlakukian alam.

Yang tak kalah menyedot perhatian pengunjung adalah penampilan seniman Dodong Kodir dan rekan-rekannya. Mereka tampil di Stage Bumi membawakan lagu blues yang cukup lucu dengan judul Sametan atau dalam bahasa Indonesia-nya hutang. Namun yang menarik bukan itu, semua alat musiknya terbuat dari barang bekas. Seperti drum terbuat dari bekas tabung tempat pakan ayam, kecapi terbuat dari bekas tube mesin cuci, dan saxophone dari pipa saluran air dan lainnya. Selain itu banyak alat yang tercipta dari barang bekas, seperti efek suara bola pingpong dari bekas gagang sapu, suara gelombang tsunami dari perpaduan triplek pasir dan lingkaran plastik tipis dibalut plastik kaca. Dan hebatnya lagi, berkat alat bekas yang disulap bisa menghasilkan berbagai suara itu, mereka telah diundang ke beberapa negara, seperti Prancis dan Australia. Inti dari penampilan ini adalah bahwa semua barang bekas bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat besar jika kita mau berpikir kreatif.

Acara kembali diisi oleh beberapa grup yang peduli lingkungan seperti Two Triple O dan Endah & Rhesa. Radio MGT sebagai salah satu official radio station turut live stream dari lokasi Hotel Bumi Sangkuriang. Tak terasa tiba pada penampilan dari diskusi unik yang di pandu oleh seniman Aat Soeratin dengan pembicara Ridwan Kamil atau lebih akrab Kang Emil, sebagai salah satu arsitek yang sangat peduli dengan konsep lingkungan hidup. Serta Abah Iwan, seniman sunda dengan tembang-tembang yang unik tentang alam.

Aat Soeratin membuka diskusi dengan membuka wawasan penonton tentang ekosistem. Bahwa ekosistem itu mencakup pola interaksi mulai dari keluarga kecil dengan lingkungannya, keluarga dengan tetangga dan lingkungannya sampai cakupan yang sangat luas, serta perubahan alam Bandung, khususnya. Selanjutnya paparan Kang Emil tentang konsep hutan kota yang harus seimbang pembangunan gedung serta penggunaan lahan tidak terpakai menjadi lahan hijau, serta berkebun di area yang padat gedung, seperti roof garden, river garden dan home garden serta pemanfaatan barang bekas. Diskusi ditutup dengan penampilan akustik Abah Iwan tentang alam. Selayaknya khas dari Abah Iwan, di setiap lagu selalu diselipi petuah-petuah yang terkadang membuat tersenyum dan kadang membuat hati sedih tentang keadaan alam. Aat Soeratin maupun Acil Bimbo berpendapat yang sama, “Ini sebuah event yang mahal, dalam arti kata kalau ada event dengan bintang tamu yang ‘wah’ penonton bejubel, tiket mahal pun bisa dibeli, itu biasa. Tapi dengan banyaknya pengunjung disini (thanks To Nature), pengunjung memerlukan perjuangan dan kecintaan kepada alam, ini sangat luar biasa.”

Penampil terakhir dimulai pukul 20.00 dengan penampilan dari Ayu Laksmi dan Glenn Fredly, penonton semakin antusias memadati area main stage. Disela-sela antar lagu mereka berinteraksi dengan penonton yang didominasi anak muda dengan pesan moral tentang kecintaan kepada alam dan bagaimana mereka harus berterima kasih kepada alam. (*Rishnandar Adi)

(c) apc institute – 2011

One Comment to “Artikel Tulisan & Liputan Foto Program Festival Thanks To Nature @ Bumi Sangkuriang (23 Oktober 2011)”

  1. keren baget deeh.. baru tau ada acara kayak gini dibandung, kapan adalagi yaa.. kebetulan aku jg pecinta eco fashion yang ga tau kemana menemukan teman2 sesama pecinta eco fashion… smoga acara2 spt ini sering diadakan dibandung, untuk menggalang kesadaran akan pentingnya melestarikan alam dari hal kecil dilingkungan kita.

Leave a reply to aokinukuya Cancel reply